Cuplikan dari sebuah tulisan : ...TRADISI MUDIK LEBARAN DALAM TINJUAN ISLAM...
Sebagian besar kaum Muslimin di negeri kita mengira, bahwa mudik lebaran ada kaitannya dengan ajaran Islam, karena terkait dengan ibadah bulan Ramadhan.
Sehingga banyak yang lebih antusias menyambut mudik lebaran daripada mengejar pahala puasa dan lailatul qadr, terlebih lebih pada 10 hari terakhir ramadhan.
Dengan berbagai macam persiapan, baik tenaga, finansial, kendaraan, pakaian dan oleh-oleh perkotaan.
Ditambah lagi dengan gengsi bercampur pamer, mewarnai gaya mudik.
Kadang dengan terpaksa harus menguras kocek secara berlebihan, bahkan sampai harus berhutang.
Pada hari lebaran, lembaga pegadaian menjadi sebuah tempat yang paling ramai dipadati pengunjung yang ingin berhutang.
Padahal yang benar adalah, mudik tidak ada kaitannya dengan ajaran Islam karena tidak ada satu perintahpun baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah, setelah menjalankan ibadah Ramadhan harus melakukan acara silaturahmi untuk kangen-kangenan dan maaf-maafan, karena silaturahmi bisa dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan dan kondisi.
End...
Catatan :
- Setau saya Rasulullah tidak pernah melakukan mudik lebaran ke kampung halamannya di Mekkah, (beliau tinggal di Madinah sekitar 500 km dari Mekkah). Beliau merayakan lebaran dengan pakaian bagus yang sederhana dengan kegembiraan bersama kaum muslimin di sekitar tempat tinggalnya.
- Disayangkan, mudik lebaran kadang menjadi ajang untuk mengabiskan uang yang sudah dikumpulkan setahunan + THR, yang tidak diajarkan dalam Islam.
No comments:
Post a Comment