Salah satu kendala mengapa seseorang sulit dalam berinvestasi adalah karena pilihan gaya hidupnya yang tinggi. Kita simak kisah legendaris : Lukman, Putranya dan Seekor Keledai (Versi seorang Investor), kisah ini adalah tentang Bagaimana Lukman sedang memberikan pelajaran dan hikmah yang sangat berharga kepada putranya.
Demikianlah Lukman yang memang terkenal dengan kaya hikmah.
(Hubungannya dengan keteguhan hati dalam mengambil keputusan dan menetapkan sikap dalam hidup ini termasuk keteguhan hati dalam memilih gaya hidup yang sederhana, serta gambaran kesengsaraan bilamana seseorang terlalu memikirkan dan memperturutkan apa yang orang lain katakan kepadanya dan menjaga image di hadapan orang lain secara "buta" dan berlebihan, (bagaimana kata orang nanti?) - Salah satu aspek dalam gaya hidup adalah bagaimana seseorang akan "terlihat" oleh orang lain. Pilihan gaya hidup yang kurang tepat akan menyusahkan orang itu sendiri karena membutuhkan biaya yang mahal untuk mempertahankannya dan akhirnya membuatnya sulit untuk berinvestasi. Berikut ini kisahnya Karena memerlukan sejumlah uang, Lukman mengajak putranya untuk menjual seekor keledai ke pasar. Maka berangkatlah mereka dari rumahnya dengan menuntun seekor keledai. Diperjalanan mereka bertemu dengan orang lain yang kemudian orang tsb memberikan komentar terhadap mereka yang sedang berjalan berdua dan menuntun seekor keledai. "Hai Lukman, kenapa keledainya tidak dinaiki? Kan sayang dan aneh ada keledai kok cuma dituntun saja. Apakah keledainya sakit?". "Tidak, keledainya tidak sakit"jawab Lukman. "Iya juga ya, kenapa dituntun saja" terusnya. Ya sudah akhirnya Lukman menaiki keledai tsb, sedang sang anak berada di bawah menuntunnya. Namun dalam perjalanan berikutnya mereka menemui orang lain yang kemudian memberikan komentar "Wah, seorang Bapak kok enak-enakan naik keledai dan malah anaknya yang masih kecil yang disuruh menuntun, kok nggak kasihan ya sama anaknya. Semestinya khan anaknya yang naik keledai dan dia yang menuntunnya". Lukman dan putranya mendengar perkataan tsb, dan kemudian Lukman turun dari keledai dan mempersilahkan putranya yang naik. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pasar. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, lagi-lagi ada orang lain yang berkomentar ketika melihat ada seorang anak yang menaiki keledai sedang sang ayah berjalan kaki menuntun keledai tsb di bawah. Kemudian orang tsb berkomentar "Wah, seorang anak kok nggak berbakti kepada orang tuanya ya, malah dia yang enak-enakan naik keledai dan membiarkan orang tuanya yang sudah tua itu berjalan kaki". Mendengar komentar tsb, Lukman dan Putranya bingung dan akhrinya mereka sepakat naik berdua ke atas keledai tsb. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, ada orang lain lagi yang mengomentari ketika melihat mereka berdua di atas keledai "Kenapa dua orang ini (seorang Bapak dan Putranya) tidak kasihan ya, seekor keledai yang kecil begitu kok dinaiki oleh dua orang, itu khan menjadi beban yang terlalu berat bagi seekor keledai". Kemudian Lukman dan Putranya turun dan memikirkan apa yang harus dilakukan, karena : -. Ketika seekor keledai dituntun oleh seorang ayah dan anaknya dan tidak dinaiki, ternyata salah. - Ketika dinaiki oleh sang Ayah dan sang anak menuntunnya juga salah. - Ketika yang naik sang anak, sedang sang ayah menuntunnya juga salah. - Sekarang keduanya menaiki keledai juga salah? Akhirnya, Lukam dan Putranya sepakat untuk mencari sepotong kayu yang cukup kuat untuk kemudian si keledai digotong oleh keduanya dengan cara mengikatkan ke-4 kakinya pada kayu tsb. Namun diperjalanan berikutnya ada lagi orang lain yang bertanya "Hai Lukman, kenapa keledainya digotong, apakah keledainya sakit dan tidak bisa berjalan?" "Tidak, keledainya tidak sedang sakit" Jawab Lukman. "Lho tapi kenapa digotong?" Tanya orang itu melajutkan. Karena digotongpun ternyata juga salah, maka kemudian Lukman dan Putranya membuang keledai tsb sebelum sampai ke pasar dan mereka tidak jadi menjualnya. Akhirnya mereka berdua kehilangan keledai dan juga tidak mendapatkan uang. Mungkin kalau kemudian ada orang lain yang melihat perbuatan Lukman dan Putranya yang membuang keledai tsb, tentu mereka akan bertanya "Wahai Lukman, kenapa anda membuang seekor keledai?, apakah ada yang salah dengan keledai tsb dan atau apakah ada yang salah dengan anda berdua? Bukankah anda butuh untuk menjualnya?" Itulah hasil akhir dan akibatnya kalau kita tidak memiliki pendirian dan terlalu mengikuti apa pendapat orang lain terhadap kita. Padahal kitalah yang berhak memilih dan menentukan jalan dan sikap, serta gaya hidup yang akan kita lakoni walau tentu, tetap ada ruang terbuka terhadap masukan dan kritik yang membangun dari orang lain secara proporsional. "Gaya Hidup adalah Pilihan" Seorang investor biasanya memilih gaya hidup sederhana. Salam
No comments:
Post a Comment