Sunday, 31 May 2015

Gaya Hidup Sederhana seoran Investor

Saya bermaksud meguraikan salah satu makna gaya hidup sederhana seorang Investor, (seperti yang kita tau bahwa salah satu dari 5 sifat seorang investor adalah memilih hidup sederhana dan tidak banyak gaya).

Gaya hidup sederhana lebih populernya dikenal dengan istilah "Zuhud", adalah orang-orang yang sebenarnya berpunya namun memilih hidup sederhana. Berikut penjelasannya...,

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Rasulullah (Nabi Muhammad SAW sehari-harinya) tidur di atas tikar (dan pelepah kering daun korma), ketika beliau bangun berbekaslah tikar/pelepah itu di pinggang/punggungnya. Lalu kami berkata, ‘Ya Rasulullah, bagaimana bila kami buatkan untukmu kasur yang empuk?’ Nabi menjawab, ‘Untuk apakah dunia bagiku, aku di dunia ini bagaikan seorang yang bepergian, berhenti sebentar bernaung di bawah pohon, kemudian pergi meninggalkannya."

“Kekayaan itu bukanlah banyaknya harta dan benda, tetapi kekayaan sebenarnya ialah kaya hati.” Demikian Rasulullah.

Hadits di atas menggambarkan kesederhanaan Rasulullah SAW. Meskipun kita tahu bahwa Muhammad SAW itu adalah pedagang yang kaya. Bayangkan saja ketika Beliau melamar Khadijah r.a. (note : seorang janda yang waktu itu berumur 40 thn sedangkan Nabi berumur 25 tahun), Beliau menyiapkan seratus ekor unta sebagai maharnya (kalau satu ekor harganya Rp 25 juta saja, berarti mas kawin yang diberikan Nabi adalah Rp 2,5 Milyar). Bukankah itu pertanda Muhammad SAW adalah orang yang kaya? Kekayaan Rasulullah tersebut tidak dipamerkan kepada khalayak, akan tetapi beliau pergunakan untuk membantu yang lemah dan dhuafa.

Dalam keseharian Rasulullah tidak banyak makanan yang tersedia (kadang malah berhari-hari tidak ada makanan dan beliau mengganjal perutnya dengan batu yang diikatkan untuk menahan lapar), kalaupun ada adalah roti gandum yang dibuat oleh Istri beliau dengan tepung yang kasar (murah harganya) dan ketika dimakan sulit untuk ditelan sehingga beliau mendorongnya dengan sambil meminum air putih).
Setiap ada orang yang meminta selalu diberi, sampai-sampai ada orang yang meminta jubah yang ia kenakan pun diberikannya.

Rasulullah benar-benar memilih hidup sederhana (kalau nggak tega mengatakannya miskin).
Walau ia adalah seorang pemimpin negara.

Begitu pula sahabat-sahabat yang mengikuti jejak kezuhudan Rasulullah SAW. Mereka, meskipun kaya, tidak ubahnya seperti orang miskin yang tidak berpunya. Bersikap santai dan sederhana. Mereka jadikan Nabi SAW sebagai contoh teladan yang baik dalam menjalani kehidupan. Dan mestinya juga bagi kita saat ini.

Perhatikan kisah Abdurrahman bin Auf, meskipun hidup berkecukupan tetapi begitu dermawan dan berpenampilan sederhana, layaknya bukan seorang saudagar kaya. Ketika bersama-sama dengan pelayannya, orang yang tidak mengenalnya tentu tidak akan bisa membedakan yang mana Abdurrahman bin Auf dan mana pelayannya.

Perhatikan pula Abu Bakar Ash-Shiddiq menyumbangkan seluruh hartanya, sehingga ketika Rasulullah bertanya apa yang dia tinggalkan untuk keluarganya, Abu Bakar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.” Nampaklah bahwa zuhud telah menjadi pakaian mereka.

“… maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia melalaikan/memperdayakan kamu dan janganlah pula setan memperdayakan kamu dari mengingat Allah.” (QS Fathiir: 5)

Itulah yang disebut dengan gaya hidup sederhana atau yang sering dikenal dengan istilah zuhud, yaitu mengambil secukupnya akan apa yang ada di dunia sekedar menupang hidup, tidak boros, sedang sisanya untuk berbagi kepada yang membutuhkan (mudah berbagi). Sikap zuhud akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang qana’ah, tabah dan sabar dalam kesulitan dan kekurangan sekaligus sederhana dan hemat dalam kelapangan dan kelebihan. Contohlah kehidupan Nabi SAW yang sederhana dan zuhud meskipun beliau adalah pedagang sukses yang kaya raya.

Rasulullah, juga menganjurkan kita untuk menuntut ilmu, belajar dan membaca. Carilah rezeki dengan halal dan berbagilah kepada yang membutuhkan.
Salam

Note: Gaya hidup sederhana seorang investor adalah tercermin dalam pola-pola investasinya yang juga sederhana dan tidak boros dalam membelanjakan uang, sampai-sampai Warren Buffett bilang bahwa ia tidak pandai membelanjakan uang tetapi ia hanya pandai mencarinya. Warren Buffett suka berbagi dan malah akan menyumbangkan 99% dari kekayaannya.
Ketika saya belajar tentang investasi, yang saya dapatkan pertama kali adalah ajaran tentang pola hidup sederhana, banyak membaca, sabar, rasional dan mudah berbagi, bukan menganalisa saham, makanya saya tidak pernah ragu dengan itu.

Saturday, 30 May 2015

Middle Class

Sebelum saya melanjutkan kepada kriteria yang ke-2 tentang bagaimana perilaku seseorang dalam membelanjakan uangnya, Saya mohon maaf bahwa tulisan ini sama sekali tidak untuk ditujukan kepada siapapun, namun adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri (self-critic and self-reminding), dan kalaupun sahabat mendapatkan inspirasi karenanya, ya Alhamdulillah.

Baiklah kita lanjutkan ya,
Kelompok yang ke 2 adalah perilaku "Middle Class".

- Mereka adalah orang-orang yang terbelenggu dengan gaya hidup yang harus ia pertahankan dan yang harus ia jaga.
- Mereka sangat memperhatikan penampilan dan bagaimana orang lain melihat serta  memikirkan mereka.
- Mereka berusaha supaya terlihat sukses dan kaya, kadang dengan cara berhutang, misalnya demi memiliki mobil baru dan rumah yang lebih besar.
- Pendapatan/gaji mereka besar, namun pengeluaran mereka juga besar dan juga digunakan untuk membeli barang-barang (yang mereka kira adalah aset), padahal sebenarnya adalah liability (beban), yang mana ia harus mengeluarkan biaya karena memilikinya. Mereka membeli dan memiliki barang-barang yang cukup mahal sampai yang mewah, seperti rumah dan mobil mewah, gadget dan pakaian mewah, dll.

(Catatan : definisi konvensional dari aset adalah barang-barang berharga yang dimiliki seseorang seperti rumah, mobil, gadget dll, namun dalam definisi aset yang baru adalah memiliki barang-barang yang memberikan manfaat/keuntungan financial kepada pemiliknya, seperti rumah, sawah atau mobil yang disewakan sehingga mendatangkan keuntungan, sedangkan liabilities (beban) adalah memiliki barang-barang berharga namun si pemiliknya harus mengeluarkan biaya atas kepemilikan tsb (barang-barang itu membebani keuangannya) contohnya memiliki mobil, rumah dan barang-barang lain yang mana ia harus mengeluarkan biaya untuk merawat, memperbaiki dan membayar pajaknya, sedangkan barang-barang tsb tidak mendatangkan uang kepadanya. Nah, banyak yang mengira bahwa mereka memiliki barang-barang yang membebani keuangannya tsb sebagai aset, padahal tidak, karena justru akan menggerus keuangan keluarga dan membuat pengeluaran mereka semakin besar. Kenapa mereka mempertahankan untuk memiliki barang-barang mahal tsb?, salah satu alasannya barangkali adalah gaya hidup yang harus dipertahankan, dan level ini biasanya sulit untuk bisa diturunkan, kalau dinaikkan sih lebih mudah).

- Pajak penghasilan mereka biasanya tinggi.
- Mereka mendapatkan uang atas usaha dan kerja keras yg mereka lakukan sendiri.
- Mereka biasanya adalah orang-orang yang memiliki keahlian dan profesional.
- Penampilan mereka biasanya "gaya" dan harus terus dijaga.
- Bila ada kenaikan pendapatan biasanya disertai dengan pengeluaran yang juga semakin tinggi dan mewah, dan kesenangan mereka adalah membeli liabilities yang lebih tinggi pula atau lebih banyak lagi untuk dinikmati. Sehingga antara pendapatan dan pengeluaran saling kejar-kejaran, dan mereka terus bekerja keras untuk mendapatkan uang lebih banyak lagi.
- Bila perlu mereka juga terbiasa membeli sesuatu dengan cara hutang.
- Mereka terbiasa dengan memperturutkan keinginan dan gaya hidup.
- Hobi, jenis olah raga dan liburannya pun berkelas sesuai dengan gaya hidup yang diinginkan
- Mereka mengakui diri sebagai orang-orang yang sukses dan berkelas.

Salam

Untuk kriteria yang ke-3 yaitu bagaimana perilaku orang-orang yang disebut "rich people", akan kita lanjutkan di lain waktu ya. Saya yakin sahabat semua Insyaallah masuk ke dalam kriteria yang ke-3 nanti. Amin

Friday, 29 May 2015

Broke People

Saya mau berbagi tentang..,
3 kelompok orang berdasarkan "..perilaku / bagaimana ia membelanjakan uangnya.."
Kira-kira kita masuk kategori yang mana ya?,
(mohon maaf sebelumnya dan tidak ada maksud untuk menyindir seseorang namun adalah saya sendiri, he..he..he..)

1. Kategori pertama adalah perilaku "Broke People".
- Yaitu orang-orang yang membelanjakan uangnya sesuai dengan pendapatannya dari bulan ke bulan secara pas-pasan.
- Setiap ada uang masuk, terus mengalir menjadi pengeluaran. Sulit bisa bertahan. ("keranjangnya bolong, setiap diisi keluar terus").
- Tidak "tahan" kalau melihat ada uang ditangan untuk kemudian dibelanjakan, sehingga tidak ada uang yang tersisa dan biasanya orang ini tidak terbiasa menabung.
- Seberapapun kecil/besar pendapatannya akan habis sebelum gajian berikutnya (kantongnya kembang kempes).
- Walau mereka memiliki pendapatan/gaji namun terlihatnya mereka "tidak punya uang" (broke).
- Salah satu kebiasaan kelompok ini adalah mereka suka membelanjakan uangnya untuk kegiatan yang tidak terlalu esensial dan membeli barang-barang yang tidak terlalu penting namun ia membelinya karena senang/ingin punya, atau karena murah dan lagi diskon. Kita bisa menemukan barang-barang yang tidak esensial tsb banyak di dalam rumah dan mobilnya. Mereka bukanlah tipe orang yang membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang hanya benar-benar dibutuhkan.
- Mereka tidak terlalu mau tau tentang aset atau liability (beban), dan uang yang mereka dapatkan tidak pernah bisa digunakan untuk mendatangkan uang kembali.  

2. Kelompok yang ke-2 adalah perilaku "Middle Class".
3. Kelompok yang ke-3 adalah perilaku "Rich People".  

Ketiga pengelompokan di atas tidak berdasarkan pada seberapa besar uang (kekayaan) dan gaji yang mereka punya, akan tetapi lebih kepada bagaimana (pola kebiasaan/perilaku) mereka dalam menggunakan dan membelanjakan uangnya.  

Untuk kelompok yang ke-2 dan ke-3, kita lanjutkan dilain waktu ya. (to be continued..he..he..he..),
dan saya yakin tidak ada sahabat yang masuk ke dalam kategori pertama ini khan.

Salam

Thursday, 14 May 2015

Portofolio investasi saya

(Berbagi cerita yang agak panjang).
Ketika mereka tau bahwa saya sedang belajar berinvestasi, ada beberapa orang teman (termasuk kakak dan kakak ipar saya sendiri) singkat cerita bertanya kepada saya tentang perusahaan apa saja yang saya beli sahamnnya. (untung pertanyaannya bukan saham perusahaan apa saja yang saya jual?, karena prinsip investasi saya adalah saham yang sudah saya beli tidak untuk dijual lagi, he..he..he...paling tidak untuk 5-10 tahun ke depan, nah saat ini saya masih di tahun ke 2). Jawaban saya ketika itu adalah : Sebagaimana yang kita ketahui bahwa utamanya investasi itu bukan terletak pada duit, keuntungan, saham dan proses beli atau jual. Namun utamanya adalah tentang hidup tanpa banyak gaya yaitu sederhana, sabar, rasional, suka membaca dan suka berbagi, kemudian terletak pada belajar dan mencari tahu secara komprehensif perusahaan yang akan kita beli sahamnya. Sedangkan jalan pintas untuk menyarankan/rekomendasi saham yang mau dibeli atau dijual adalah sangat tidak lazim dan sangat dihindari dalam prinsip berinvestasi saham, namun difocuskan kepada mempelajari 3 hal yaitu : sektor industri yang prospektif untuk jangka panjang itu apa?, perusahaan yang terbaik yang paling menjanjikan di sektor tsb apa? dan apa saja indikatornya?, dan hitunglah berapa harga saham wajarnya untuk dibeli, yang hanya dibeli ketika murah. Intinya adalah jangan "membeli kucing dalam karung" (membeli tanpa mempelajari apa yang akan dibeli). Sekalipun ada orang yang memberikan rekomendasi saham yang akan dibeli, sebaiknya jangan percaya sebelum benar-benar dipelajari dan mencari tau sendiri kondisi perusahaannya terutama kinerja keuangan dan managementnya. Apalagi saya yang baru pemula ini, wah jangan dipercaya dulu sebelum belajar sendiri. Namun kalaupun sahabat tetap mau tau perusahaan yang ada dalam portofolio saya ya nggak apa-apa juga sih, tidak ada yang dirahasiakan (karena kita sama-sama belajar), asalkan tidak langsung meyakininya bahwa itu sudah yang terbaik dalam berinvestasi: iya kalau benar?, kalau salah bagaimana? , mohon saya diberi feedback ya. (walau tidak dijamin sudah yang terbaik, karena saya juga masih pemula maka masih sangat mungkin salah, he..he..he..).
Dalam portofolio saya ada 7 perusahaan seperti di bawah ini dan harga saham terendahnya yang pernah saya beli per lembar sahamnya adalah sbb :
1. INDF (Indofood), di harga Rp 6.400,-
2. PGAS (Perusahaan Gas Negara), di harga Rp 3.900-an
3. INTP (Indocement /Tigaroda), di harga Rp 20.000-an
4. SMGR (Semen Gresik / Semen Indonesia), di harga Rp 12.900-an
5. UNTR (United Tractor), di harga Rp 16.900-an.
6. KLBF (Kalbe Farma), di harga Rp 1.640-an (yang ini menurut saya masih sangat mahal)
7. SMCB (Holcim), di harga Rp 1.470-an. (perusahaan ini menurut saya kinerja keuangannya nggak bagus).

Kalau dilihat pertumbuhan modal (capital gain-nya) dalam setahun terakhir (dengan harga saham dari ke tujuh perusahaan di atas saat ini), ya Alhamdulillah sudah bisa melebihi dari penerimaan gaji saya selama setahun ketika masih bekerja dulu, namun perlu diingat bahwa capital gain itu dalam kacamata saya tidak bisa diuangkan/tidak untuk dijual, jadi ya hanya diliihat saja dan hanya sekedar tulisan dalam account saya yang sewaktu-waktu bisa turun dan bisa saja kembali nol :-). Kalau dijual artinya adalah mengurangi kepemilikan saya pada perusahaan tsb, ini yang saya tidak mau, karena yang sudah saya beli adalah untuk anak-anak saya kelak mereka dewasa (kalaupun ada teknik re-balancing portofolio, harus dilakukan dengan sangat hati-hati). Dan lagi pula yang namanya pertumbuhan kapital ya akan terus berfluktuasi, hari ini tinggi maka besok bisa turun, karena harga saham itu kalau nggak naik ya turun, jadi jangan mengganggap keuntungan dan meletakkan harapan pada naik/turun harga saham, saya tidak pernah menganggap capital gain itu adalah uang saya atau hak saya karena selama tidak diuangkan bentuknya tetap saja hanya lembaran saham, yang menjadi hak saya cukup dividen-nya saja, itupun sebagiannya akan dibelikan kembali ke saham. Target saya untuk pertumbuhan kapital adalah hanya sekedar menutupi nilai inflasi yaitu sekitar 8 - 9% per tahun (supaya nilai uangnya tidak sampai turun). Saran saya jangan terpancing dengan naik atau turunnya harga saham, itu sangat menggoda dan menjerumuskan. Berinvestasi bukanlah mencari keuntungan dari selisih harga naik dan harga turun, itu sih menurut saya lebih tepatnya disebut berspekulasi.
Sedikit cerita tambahan, bahwa kakak dan kakak ipar saya sendiri pernah bertanya ingin belajar tentang investasi, nah ketika sampai pada penjelasan bahwa modal awal itu bisa tumbuh dan juga bisa turun, dia bilang.. ini dia, katanya dia nggak akan kuat, karena kalau sudah tumbuh sampai 20% saja dia tidak akan tahan untuk tidak meng-uangkannya, he..he..he... Saya nggak tahan menahan tawa. Ini yang saya bertolak belakang dengan kakak saya itu dan itulah juga makanya dia belum juga berani memulai berinvestasi di saham karena nggak akan tahan melihat kenaikan atau turunnya portofolionya..he..he..he.. Dan juga pola hidup sederhana..he..he..he...Bagi saya, investasi itu benar-benar adalah hidup tanpa banyak gaya, yang tercermin dalam 5 sifat-sifat-nya yaitu kembali lagi kepada, : 1. Hidup sederhana, 2. Sabar, 3. Rasional, 4. Suka membaca dan 5. Mudah berbagi. Kemudian saya katakan kepada kakak-kakak saya itu bahwa, aspek psikologi terhadap uang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam berinvestasi yaitu hasrat dan keinginan cepat kaya (greedy) dan atau takut yang berlebihan terhadap uang (fearfull, takut kehilangan) adalah tandanya kita memiliki ikatan perasaan dan emosi yang terlalu kuat terhadap uang sehingga ketika portofolio kita naik atau turun, maka hati kita juga akan berdebar-debar naik atau turun, itu barangkali yang membuat kita jadi tidak tenang,, he..he..he.., mungkin saya salah. Wallahu a'lam. Maaf beribu-ribu maaf kalau saya lancang dan salah dalam berkata-kata, ini hanya sekedar sharing dan semoga bermanfaat bagi sahabat yang mau mengambil pelajaran.
Sebelum memulai berinvestasi, ada baiknya lihat kembali perencanaan keuangan keluarga kita, seperti memilih hidup sederhana dengan hanya memenuhi kebutuhan saja secara wajar dan mengurangi pengeluaran untuk memenuhi keinginan (keinginan ini yang biasanya mahal), membebaskan diri dari berhutang, suka membaca dan mudah berbagi, serta tidak sampai lebih besar pasak dari pada tiang (artinya pengeluaran harus lebih kecil di bawah pendapatan). Salam

Tuesday, 12 May 2015

Seri : Psikologi Uang dan Perilaku Investasi

Berbagi cerita tetang berhemat dgn memperpanjang masa pakai gadget.
...Salah satu kebiasaan lama saya adalah suka mengganti gadget yang masa pakainya masih kurang dari 2 tahun dengan keluaran yang terbaru. Dan sekarang, Alhamdulillah saya bisa dan masih bertahan dengan menggunakan gadget yang masa pakainya sudah masuk tahun ke 6, he...he.. Harapannya tidak akan diganti sampai benar-benar rusak dan tidak lagi bisa digunakan. (tapi jangan dirusakin, he..he..)
Semoga dan mohon doa sahabat.
Salam dan bangga bisa berhemat :-).

Monday, 11 May 2015

Income investing

Menurut saya,
"....Ukuran kemampuan financial seorang investor dalam membiayai kebutuhan hidupnya sehari-hari adalah seberapa besar dividen (bagi hasil usaha) yang ia terima di tahun itu, BUKAN seberapa banyak modal (dan pertumbuhannya) yang ia miliki dan yang ia peroleh..."

....Kalau pendapatan dividen tahun ini saya bandingkan dengan gaji saya dalam setahun ketika masih bekerja dulu, Alhamdulillah "hanya"  40%-nya. Masih sangat jauh..he..he..he.., Artinya adalah gaya hidup* dan pengeluaran saya juga harus bisa turun menjadi kurang dari setengah biasanya. (jangan lihat pertumbuhan kapitalnya, lewat.. he..he..he.., lewat tok maksud saya :-), he..he..
Salam

Catatan:
- Supaya "income" ini mencukupi, maka saya harus pandai memilah-milah: mana yang benar-benar menjadi kebutuhan, dan mana yang sekedar keinginan dan gaya hidup.
- Kebutuhan esensial menurut saya adalah untuk memenuhi 5 hal yaitu: kesehatan, keselamatan, pendidikan, investasi dan ibadah (termasuk untuk berbagi dan sosial).
- Dan Alhamdulillah, saya masih punya cukup waktu untuk terus belajar dan membaca serta melakukan kegiatan yang disenangi. Amin.
- Insyaallah, kepemilikan perusahaan ini, eh.. saham ini, bisa dihibahkan/diwariskan kepada anak-anak saya kelak ketika mereka dewasa. Amin.
*tepatnya bukan gaya hidup tetapi hidup tanpa banyak gaya, he..he..:-)