Orang yang merugi dalam hidupnya salah satunya adalah karena mereka tidak berinvestasi, termasuk berinvestasi untuk berbekal pada kehidupan setelah kehidupan di dunia ini yaitu di akherat kelak.
Salam
Saturday, 29 August 2015
Rugi
Sebuah Proses
Bila kegiatan berinvestasi itu kita ibaratkan dengan suatu PROSES, maka input (bahan baku)-nya bukanlah uang, dan output-nya pun juga bukanlah uang yang menjadi bertambah.
Namun yang menjadi input-nya adalah perilaku financial kita akan 3 hal yaitu :
1. Hidup sederhana dengan mengurangi keinginan dan cukup memenuhi kebutuhan secara wajar. (mengendalikan hawa nafsu).
2. Menjauhi hutang.
3. Tidak lebih besar pasak dari pada tiang. (pengeluaran lebih kecil dari pada pendapatan).
Proses investasinya sendiri adalah melakukan analisa bisnis secara sederhana dan menyeluruh* yang disertai dengan 5 karakter yang menyelimutinya yaitu : gaya hidup sederhana, sabar (menunggu), rasional (berdasarkan data, fakta dan analisa), suka membaca (dan belajar) dan mudah berbagi.
Sedangkan Outputnya adalah : orang yang berkecukupan dan menjadi kaya secara perlahan, dan pada akhirnya sampai pada kekayaan yang sesungguhnya, yaitu kaya hati.
Salam
Catatan :
* diantaranya adalah memeriksa NPM, ROE, DER, EPS growth, PER, PBV, dan DCF.
Berdagang saham
Bila anda membeli dan menjual saham dalam waktu pendek 1 - 2 tahun, saya kira/kemungkinan anda adalah sedang berdagang saham, bukan berinvestasi. Karena kalaupun kita mau melakukan re-balancing portofolio, biasanya hanya dilakukan ketika harga saham benar-benar sangat tinggi dan membelinya kembali pada saat benar-benar murah (turun sangat dalam), dari data historis biasanya kejadian tsb baru bisa terlihat dalam siklus 5 - 10 tahunan atau lebih. Salam
Kapan membeli saham
Kapan saat yang tepat untuk membeli saham? Yaitu ketika harganya sudah murah dan membelinya secara bertahap sambil sabar dan terus menunggu, karena walau sudah murah tetap saja tidak ada jaminan untuk tidak akan turun lebih murah lagi. Salam
Mengapa seseorang sulit untuk berinvestasi
Salah satu kendala mengapa seseorang sulit dalam berinvestasi adalah karena pilihan gaya hidupnya yang tinggi.
Mari kita simak kisah legendaris : Lukman, Putranya dan Seekor Keledai (versi investasi :-) )
Tentang bagaimana Lukman sedang memberikan sebuah hikmah dan pelajaran berharga kepada putranya.
(Demikian lah Lukman sang Waliyullah yang penuh dengan hikmah dalam memberikan nasehatnya, nasehat Lukman yang paling terkenal itu adalah Ya bunaiyya, la tusrikbillah).
(Hubungannya dengan keteguhan hati dalam mengambil keputusan dan menetapkan sikap dalam hidup ini termasuk keteguhan hati dalam memilih gaya hidup yang sederhana, serta gambaran kesengsaraan bilamana seseorang terlalu memikirkan dan memperturutkan apa yang orang lain katakan kepadanya dan menjaga image di hadapan orang lain secara "buta" dan berlebihan, (bagaimana kata orang nanti?) - Salah satu aspek dalam gaya hidup adalah bagaimana seseorang akan "terlihat" oleh orang lain. Pilihan gaya hidup yang kurang tepat akan menyusahkan orang itu sendiri karena membutuhkan biaya yang mahal untuk mempertahankannya dan akhirnya membuatnya sulit untuk berinvestasi.
Berikut ini kisahnya..
Karena memerlukan sejumlah uang, Lukman mengajak putranya untuk menjual seekor keledai ke pasar. Maka berangkatlah mereka dari rumahnya dengan menuntun seekor keledai. Diperjalanan mereka bertemu dengan orang lain yang kemudian orang tsb memberikan komentar terhadap mereka yang sedang berjalan berdua dan menuntun seekor keledai. "Hai Lukman, kenapa keledainya tidak dinaiki? Kan sayang dan aneh ada keledai kok cuma dituntun saja. Apakah keledainya sakit?". "Tidak, keledainya tidak sakit"jawab Lukman. "Iya juga ya, kenapa dituntun saja" terusnya. Ya sudah akhirnya Lukman menaiki keledai tsb, sedang sang anak berada di bawah menuntunnya. Namun dalam perjalanan berikutnya mereka menemui orang lain yang kemudian memberikan komentar "Wah, seorang Bapak kok enak-enakan naik keledai dan malah anaknya yang masih kecil yang disuruh menuntun, kok nggak kasihan ya sama anaknya. Semestinya khan anaknya yang naik keledai dan dia yang menuntunnya". Lukman dan putranya mendengar perkataan tsb, dan kemudian Lukman turun dari keledai dan mempersilahkan putranya yang naik. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pasar. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, lagi-lagi ada orang lain yang berkomentar ketika melihat ada seorang anak yang menaiki keledai sedang sang ayah berjalan kaki menuntun keledai tsb di bawah. Kemudian orang tsb berkomentar "Wah, seorang anak kok nggak berbakti kepada orang tuanya ya, malah dia yang enak-enakan naik keledai dan membiarkan orang tuanya yang sudah tua itu berjalan kaki". Mendengar komentar tsb, Lukman dan Putranya bingung dan akhrinya mereka sepakat naik berdua ke atas keledai tsb. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, ada orang lain lagi yang mengomentari ketika melihat mereka berdua di atas keledai "Kenapa dua orang ini (seorang Bapak dan Putranya) tidak kasihan ya, seekor keledai yang kecil begitu kok dinaiki oleh dua orang, itu khan menjadi beban yang terlalu berat bagi seekor keledai". Kemudian Lukman dan Putranya turun dan memikirkan apa yang harus dilakukan, karena : -. Ketika seekor keledai dituntun oleh seorang ayah dan anaknya dan tidak dinaiki, ternyata salah. - Ketika dinaiki oleh sang Ayah dan sang anak menuntunnya juga salah. - Ketika yang naik sang anak, sedang sang ayah menuntunnya juga salah. - Sekarang keduanya menaiki keledai juga salah? Akhirnya, Lukam dan Putranya sepakat untuk mencari sepotong kayu yang cukup kuat untuk kemudian si keledai digotong oleh keduanya dengan cara mengikatkan ke-4 kakinya pada kayu tsb. Namun diperjalanan berikutnya ada lagi orang lain yang bertanya "Hai Lukman, kenapa keledainya digotong, apakah keledainya sakit dan tidak bisa berjalan?" "Tidak, keledainya tidak sedang sakit" Jawab Lukman. "Lho tapi kenapa digotong?" Tanya orang itu melajutkan. Karena digotongpun ternyata juga salah, maka kemudian Lukman dan Putranya membuang keledai tsb sebelum sampai ke pasar dan mereka tidak jadi menjualnya. Akhirnya mereka berdua kehilangan keledai dan juga tidak mendapatkan uang. Mungkin kalau kemudian ada orang lain yang melihat perbuatan Lukman dan Putranya yang membuang keledai tsb, tentu mereka akan bertanya "Wahai Lukman, kenapa anda membuang seekor keledai?, apakah ada yang salah dengan keledai tsb dan atau apakah ada yang salah dengan anda berdua? Bukankah anda butuh untuk menjualnya?"
Itulah hasil akhir dan akibatnya kalau kita tidak memiliki pendirian dan terlalu mengikuti apa pendapat orang lain terhadap kita. Padahal kitalah yang berhak memilih dan menentukan jalan dan sikap, serta gaya hidup yang akan kita lakoni walau tentu, tetap ada ruang terbuka terhadap masukan dan kritik yang membangun dari orang lain secara proporsional. "Gaya Hidup adalah Pilihan" Seorang investor biasanya memilih dan berteguh hati dengan gaya hidup sederhana. Salam
Harga saham turun
Kalau harga saham saat ini mulai turun (apakah sudah murah?, periksa terhadap nilai intrinsiknya). Jarang-jarang lho kita bisa menemukan harga saham bisa turun sampai dalam dan mendekati nilai buku perusahaannya. Begitu pula untuk menunggu harga saham naik tinggi secara emosional jauh melebihi nilai wajarnya juga diperlukan kesabaran untuk menantinya, kadang diperlukan waktu sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu nikmati sajalah, baik ketika turun maupun ketika naik (beli ketika harga terdiskon dan pertahankan sampai lama). Salam
Bukan Riba
Berinvestasi saham sama sekali bukanlah tentang "menggandakan"/menganakkan uang (riba), akan tetapi adalah dalam rangka memiliki perusahaan (walau dalam porsi yang sangat kecil) dan untuk mendapatkan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh perusahaan tsb. Sedangkan tentang modal yang diinvestasikan, biarlah ia tumbuh mengikuti perkembangan perusahaannya yang kadang juga bisa melambat sesuai dengan tantangan bisnis yang dihadapi.Tapi, pastikan perusahaan tempat kita berinvestasi sudah punya pengalaman yang panjang dan teruji dalam menghadapi dan melalui situasi-situasi sulit, dan tetap dapat mendatangkan keuntungan yang baik bagi pemegang saham. Salam
Organisasi
Berbagi ide dan menurut pendapat saya :
"....menjalankan organisasi itu bisa diibaratkan seperti mengendarai kendaraan di jalan raya, perlu kehati-hatian supaya tidak saling bertabrakan satu sama lain, namun harus saling menguatkan sehingga semua berjalan lancar dan sama-sama sampai di tujuan. Perlu ketenangan, kesabaran, saling pengertian (understanding), banyak mendengar dan mengamati serta kreatifitas dan kearifan dalam mencari jalan tengah yang menggembirakan. Dan kadang sampai pada kondisi dimana perlu untuk "mengalah" demi kebaikan bersama.
Karena kalau kurang arif dalam berkendara, bisa saja kemudian bersenggolan satu sama lain. Padahal kita perlu untuk memikirkan kebaikan bersama dalam jangka panjang...."
Salam dan hanya sekedar berbagi pemikiran.
Murah
Alhamdulillah,
Setelah menunggu sekian lama (eh,, sekian tahun), akhirnya mulai murah* juga.
Enjoy it slowly dan nggak boleh greedy (untuk mengingatkan diri sendiri).
Siapa tau masih bisa lebih murah lagi, he.he..he..:-)
Salam
Note :
Paling tidak dengan PBV (price to book value) sekitar 2 atau lebih kecil.
Yang membuat kita tersiksa dalam hidup
4 hal yang umumnya membuat seseorang merasa tersiksa dalam hidupnya.
1. Menyesali masa lalu yg mungkin pernah mengecewakan dan menyakitkannya. (obatnya adalah maafkan dengan ikhlas dan jangan terlalu dipikirkan terus).
2. Menghadapi kenyataan yg tidak sesuai dengan apa yg dia harapkan (padahal segala sesutu ada hikmah dan pembelajarannya, dan no body is perfect, jadi teruslah belajar dan berbuatlah lebih baik lagi).
3. Terlalu mengkawatirkan masa yang akan datang. (obatnya adalah ikhtiar, tawakal, pasrah. Berusaha secara maksimal, berdoa dan berharap secara realistis dan pasrahkan pada atas apa kehendak Allah SWT).
4. Terlalu memikirkan apa kata orang lain terhadap dirinya. Biasanya itulah sebabnya mengapa seseorang memilih gaya hidup yg tinggi yaitu untuk menjaga apa kata orang dan bagaimana orang lain akan memandang dia.
Sesorang sulit untuk berinvestasi biasanya bukan karena kecilnya pendapatan, akan tetapi adalah karena tingginya gaya hidup yg harus dipertahankan dan pengeluaran yg tidak terkendali. Padahal gaya hidup itu adalah pilihan.
Salam
Sunday, 23 August 2015
Pilihan ada di tangan anda, bukan orang lain
Salah satu kendala mengapa seseorang sulit dalam berinvestasi adalah karena pilihan gaya hidupnya yang tinggi. Kita simak kisah legendaris : Lukman, Putranya dan Seekor Keledai (Versi seorang Investor), kisah ini adalah tentang Bagaimana Lukman sedang memberikan pelajaran dan hikmah yang sangat berharga kepada putranya.
Demikianlah Lukman yang memang terkenal dengan kaya hikmah.
(Hubungannya dengan keteguhan hati dalam mengambil keputusan dan menetapkan sikap dalam hidup ini termasuk keteguhan hati dalam memilih gaya hidup yang sederhana, serta gambaran kesengsaraan bilamana seseorang terlalu memikirkan dan memperturutkan apa yang orang lain katakan kepadanya dan menjaga image di hadapan orang lain secara "buta" dan berlebihan, (bagaimana kata orang nanti?) - Salah satu aspek dalam gaya hidup adalah bagaimana seseorang akan "terlihat" oleh orang lain. Pilihan gaya hidup yang kurang tepat akan menyusahkan orang itu sendiri karena membutuhkan biaya yang mahal untuk mempertahankannya dan akhirnya membuatnya sulit untuk berinvestasi. Berikut ini kisahnya Karena memerlukan sejumlah uang, Lukman mengajak putranya untuk menjual seekor keledai ke pasar. Maka berangkatlah mereka dari rumahnya dengan menuntun seekor keledai. Diperjalanan mereka bertemu dengan orang lain yang kemudian orang tsb memberikan komentar terhadap mereka yang sedang berjalan berdua dan menuntun seekor keledai. "Hai Lukman, kenapa keledainya tidak dinaiki? Kan sayang dan aneh ada keledai kok cuma dituntun saja. Apakah keledainya sakit?". "Tidak, keledainya tidak sakit"jawab Lukman. "Iya juga ya, kenapa dituntun saja" terusnya. Ya sudah akhirnya Lukman menaiki keledai tsb, sedang sang anak berada di bawah menuntunnya. Namun dalam perjalanan berikutnya mereka menemui orang lain yang kemudian memberikan komentar "Wah, seorang Bapak kok enak-enakan naik keledai dan malah anaknya yang masih kecil yang disuruh menuntun, kok nggak kasihan ya sama anaknya. Semestinya khan anaknya yang naik keledai dan dia yang menuntunnya". Lukman dan putranya mendengar perkataan tsb, dan kemudian Lukman turun dari keledai dan mempersilahkan putranya yang naik. Mereka melanjutkan perjalanan menuju pasar. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, lagi-lagi ada orang lain yang berkomentar ketika melihat ada seorang anak yang menaiki keledai sedang sang ayah berjalan kaki menuntun keledai tsb di bawah. Kemudian orang tsb berkomentar "Wah, seorang anak kok nggak berbakti kepada orang tuanya ya, malah dia yang enak-enakan naik keledai dan membiarkan orang tuanya yang sudah tua itu berjalan kaki". Mendengar komentar tsb, Lukman dan Putranya bingung dan akhrinya mereka sepakat naik berdua ke atas keledai tsb. Dalam melanjutkan perjalanan berikutnya, ada orang lain lagi yang mengomentari ketika melihat mereka berdua di atas keledai "Kenapa dua orang ini (seorang Bapak dan Putranya) tidak kasihan ya, seekor keledai yang kecil begitu kok dinaiki oleh dua orang, itu khan menjadi beban yang terlalu berat bagi seekor keledai". Kemudian Lukman dan Putranya turun dan memikirkan apa yang harus dilakukan, karena : -. Ketika seekor keledai dituntun oleh seorang ayah dan anaknya dan tidak dinaiki, ternyata salah. - Ketika dinaiki oleh sang Ayah dan sang anak menuntunnya juga salah. - Ketika yang naik sang anak, sedang sang ayah menuntunnya juga salah. - Sekarang keduanya menaiki keledai juga salah? Akhirnya, Lukam dan Putranya sepakat untuk mencari sepotong kayu yang cukup kuat untuk kemudian si keledai digotong oleh keduanya dengan cara mengikatkan ke-4 kakinya pada kayu tsb. Namun diperjalanan berikutnya ada lagi orang lain yang bertanya "Hai Lukman, kenapa keledainya digotong, apakah keledainya sakit dan tidak bisa berjalan?" "Tidak, keledainya tidak sedang sakit" Jawab Lukman. "Lho tapi kenapa digotong?" Tanya orang itu melajutkan. Karena digotongpun ternyata juga salah, maka kemudian Lukman dan Putranya membuang keledai tsb sebelum sampai ke pasar dan mereka tidak jadi menjualnya. Akhirnya mereka berdua kehilangan keledai dan juga tidak mendapatkan uang. Mungkin kalau kemudian ada orang lain yang melihat perbuatan Lukman dan Putranya yang membuang keledai tsb, tentu mereka akan bertanya "Wahai Lukman, kenapa anda membuang seekor keledai?, apakah ada yang salah dengan keledai tsb dan atau apakah ada yang salah dengan anda berdua? Bukankah anda butuh untuk menjualnya?" Itulah hasil akhir dan akibatnya kalau kita tidak memiliki pendirian dan terlalu mengikuti apa pendapat orang lain terhadap kita. Padahal kitalah yang berhak memilih dan menentukan jalan dan sikap, serta gaya hidup yang akan kita lakoni walau tentu, tetap ada ruang terbuka terhadap masukan dan kritik yang membangun dari orang lain secara proporsional. "Gaya Hidup adalah Pilihan" Seorang investor biasanya memilih gaya hidup sederhana. Salam